Perempuan mempunyai caranya sendiri untuk berpenampilan menarik di depan pasangannya. Segala atribut seperti baju berbagai model, celana trendy, aksesoris dengan segala aksen, serta sepatu wanita branded original kadang menjadi peralatan wajib pakai wanit itu sendiri. Nilai jual serta citra dari setiap benda tersebut memberikan nilai yang berbeda-beda untuk ditujukan kepada audience.

Apakah kamu tahu dengan pepatah yang mengatakan ‘sepatu yang cantik membawa wanita kepada tempat yang indah’? Tentu kita cukup familiar dengan pepatah tersebut. Bila kita ketahui dalam segala bentuk ‘visual’ seperti film, penampilan pribadi, komersil, bahkan hingga kepada pertemuan-pertemuan dalam bentuk apapun, sepatu menjadi representatif dari bagaimana wanita itu ingin dipandang. Sebagai contoh, dalam sikap formal wanita akan cenderung menggunakan sepatu hak tinggi dengan bahan polosan atau design yang lebih sederhana dengan aksen yang tidak mencolok. Hal tersebut menunjukkan citra wanita yang sigap serta formal kepada orang yang berada di lingkungannya. Hal ini kemudian memperkuat pernyataan dari pepatah tersebut saat wanita menggunakan hak tinggi dengan aksen yang cukup banyak namun dengan nilai ‘cantik’ sebagai nilai yang ingin ditanamkan dari penampilannya. Sebagai contoh dari dongeng, kita tidak akan asing dengan cerita Cinderella yang menggunakan sepatu kaca cantik sebagai alas kakinya pada saat pertemuannya dengan pangeran di pesta dansa kerajaan. Sepatu kaca tersebut menjadi simbol dari kecantikan dari wanita saat pangeran harus mencari pemilik dari sepatu tersebut untuk di sesuaikan dengan semua kaki wanita yang ada di sana.

Memiliki nilai sejarah yang cukup kuat menjelaskan bahwa pada hal-nya, sepatu tidak diciptakan secara sembarangan. Dominasinya mengatakan bahwa sepatu-sepatu yang sekarang kita kenali memiliki segmentasi penggunanya, yaitu pria. Namun pergerakan zaman yang kemudian memberikan nilai relevansi yang lebih sesuai, seleksi jenis sepatu tersebut akhirnya membagi berbagai jenis sepatu yang ada kepada ‘gender yang sesuai’. Sepatu yang ber-hak tinggi di rasa akan lebih sesuai dengan segmentasi wanita. Hal ini melihat penyesuaian kesetaraan hak dan peluang untuk wanita dengan pria.

‘Tak ada akhir apa bila tak ada awalan’ menjadi ungkapan yang cukup untuk menjelaskan semua. Sebagai wanita, jangan pernah meremehkan salah satu atribut penting ini. Ingat bahwa ‘sepatu yang cantik membawa wanita kepada tempat yang indah’. (VK)