Banyak orang yang rela menukar apapun demi kesehatan. Bahkan, bagi pemegang polis asuransi kesehatan dari Allianz sekalipun yang hanya tinggal mengajukan Allianz Klaim saat sakit, kesehatan tetaplah harta yang tak ternilai. Jangankan penyakit yang tergolong parah, sakit yang tergolong biasa seperti radang tenggorokan atau flu saja sudah terasa sangat merepotkan. Naun ternyata, hal tersebut tidak berlaku untuk seseorang dengan sindrom munchausen.

Hmm, mungkin sindrom tersebut masih sangat terdengar asing bagi Anda. Hal ini wajar karena sindrom ini tergolong jarang ditemui di masyarakat. Meskipun begitu, ada baiknya jika Anda tetap mengetahui dan memahaminya. Siapa tahu saja ada orang di sekitar Anda yang mengalaminya.

Jadi, apakah sindrom munchausen itu?

Menurut situs klikdokter, sindrom munchausen atau gangguan factitious termasuk ke dalam suatu gangguan mental. Sindrom munchausen ini berbeda dengan hipokondria dan malingering. Seseorang dengan sindrom ini akan merasa dan berperilaku seperti sedang menderita suatu penyakit, meskipun sebenarnya orang tersebut sedang dalam kondisi sehat. Biasanya, mereka akan melebih-lebihankan gejala penyakit yang mereka rasakan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan perhatian dari orang lain yang ada di sekitarnya. Tidak hanya itu, beberapa di antaranya bahkan bisa melukai dirinya sendiri demi mendapatkan gejala tertentu. Mereka juga bisa melakukan manipulasi pada hasil laboratorium untuk mendapatkan hasil sesuai keinginan mereka.

Ada beberapa gejala yang ditunjukkan oleh penderita sindrom ini, antara lain:

  • Membuat gangguan kesehatan sehingga terlihat meyakinkan
  • Mengalami opname (rawat inap) berulang kali
  • Kondisi semakin parah tanpa alasan jelas
  • Kondisi tidak membaik setelah melakukan pengobatan standar
  • Berobat ke banyak dokter dan rumah sakit dengan nama samaran
  • Gejala penyakit yang tidak jelas dan berubah-ubah

Selain itu, masih banyak lagi gejala yang terjadi pada seseorang dengan sindrom ini. Hal yang membuat lebih sulit yaitu, banyak penderita sindrom ini yang tidak menyadari bahwa dirinya termasuk ke dalam gangguan mental. Tidak hanya itu, karena mereka terlalu mahir dalam memanipulasi keadaan kesehatan yang sebenarnya, membuat tenaga kesehatan mengalami kesulitan untuk menanganinya. Bahkan, untuk mendeteksi bahwa seseorang mengalami sindrom ini bukan hal yang mudah.

Ketika seseorang sudah berhasil dideteksi mengalami sindrom ini, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu terapi bicara (psikoterapi), konseling, dan terapi keluarga. Tentunya, semua hal tersebut harus dilakukan dengan pengawasan dari profesional (psikiater). (Vita)